Di tengah dunia digital dan lautan gambar yang dihasilkannya, mari kita kembali menyapa analog yang manual. Bersamanya kita bergerak melambat, hati-hati memilih gambar, dan menekan tombol rana dengan percaya. Gambar yang sudah kita pilih tak dapat kita hapus begitu saja. Setidaknya, ia akan tinggal dalam negatif film sebagai jejak pengalaman visual yang kita tapaki dengan segala pertimbangannya. Gambar-gambar yang kita pilih dengan kamera analog dibentuk di ruang gelap, dalam proses cuci cetak yang sunyi, kemudian menghasilkan foto-foto fisik. Pengalaman berproses dan menunggu melatih kita berdamai dengan ketidakpastian, menghadiahkan kejutan-kejutan, memberi ruang untuk memaknai, dan menyediakan waktu serap panjang untuk memori. Di www.salamatahari.com edisi ini, aku bercerita tentang kamera-kamera analog dan sifatnya. Ada fotografer Henrycus Napitsunargo yang masih berkarya dengan kamera analog, upcycle camera yang memilih ingin pergi ke mana, dan Photo Booth Tan...