Postingan

Kedukaan

Hai teman-teman, apa kabar?   Akhir-akhir ini, di sekitarku hidup seperti film dengan warna-warna suram. Berita kematian datang bertubi-tubi. Cerita sedih yang mengantarnya tumbuh laksana tanaman rambat yang menjalar cepat dan kait mengait. Keputusasaan melata seperti ular yang siap melilit dan memangsa harapan. Kedukaan—dalam segala bentuknya—menjadi tema besar yang melatari masa-masa ini.   Hampir setiap kedukaan yang mampir kutuliskan. Sebagian kuunggah di media sosial, sebagian lagi kucatat saja di buku harian. Aku membaca kembali setiap kisah duka yang mampir belakangan ini, memilih beberapa catatan, dan memutuskan untuk menerbitkannya di zine-zine-an online edisi 211.     Ada obrolan dengan kawanku, Jaja, tentang perayaan ulang tahun yang justru mengangkat tema kedukaan. Di antara berbagai pengalaman kedukaan yang kucatat, aku memilih mengunggah cerita tentang Oom Niman, kawanku yang eksentrik. Keberpulangannyalah yang memberikan rasa paling penuh u...

Kisah Peri

Januard Benedictus: “Meskipun Nggak Enak, Kehadirannya Diperlukan”

Oom (Se)Niman