Postingan

Kausa Kuasa

Di awal masa kuliah, aku pernah menghadap wakil dekan untuk mengritik perploncoan. Aku bertanya untuk apa kami dibentak-bentak atas hal-hal tak masuk akal dan tidak diperkenankan memberikan argumen. Jawaban wakil dekan tak seperti yang kubayangkan. Kira-kira begini:   “Kalau cuma menghadapi yang begini mental kamu nggak kuat,   mana bisa kamu menghadapi kenyataan setelah lulus?”   Aku ragu-ragu, tetapi tidak sepenuhnya menerima. Di satu sisi aku yang masih mahasiswa baru memang belum tahu apa-apa tentang kenyataan setelah lulus. Namun, di sisi lain bukan kuat tidak kuatnya mental yang kupermasalahkan melainkan keharusan patuh secara absolut yang dilegitimasi oleh sistem pendidikan, perguruan tinggi pula.   Sempat juga aku menyampaikan pikiranku kepada salah seorang senior di kampus. Jawabannya pun tak seperti yang kubayangkan. Kira-kira begini:   “Kamu mikir begini karena kamu masih maba. Setelah bisa ngospek pasti kamu mikirnya beda.”   ...

Satu Jari Oom Gion

Ratri Kendra yang Bangga Pada Timothy Anugerah Saputra

Doa yang Bergerak Terbalik